Aku Ingin Berteduh (di Hatimu)

"Cinta adalah sesuatu yang Indah" karena itu Jika aku diberi pilihan "Bernafas atau Mencintaimu," akan aku gunakan " nafas terakhirku untuk mencintaimu "




Minggu, 17 November 2013

UBIN TUA YANG RETAK


karya : Mila KBM


"Manusia hidup punya tujuan! Lalu tujuanmu apa Ree?" nada suaramu semakin meninggi.

Aku masih terduduk di kursi rotan yang sama sedari dua jam yang lalu, tidak beringsut sedikit pun.

"Kamu bilang ingin jadi orang yang bermanfaat! Manfaat seperti apa?" kali ini bola matamu berubah buas hendak menerkam isi kepalaku.
Kenapa hari ini kau cerewet sekali Sam? Aku muak dihujani pertannyaan pertanyaan tak penting. Lihat dirimu sekarang! Tak beda dengan Merapi ketika erupsi pertama kali.
Aku malas harus mendengar ceracaumu siang ini. Harusnya kau lihat, sama sekali perempuan di depanmu ini tidak bergeming.
Kenapa Sam? Biasanya kau diam selama tujuh tahun ini. Dan hubungan kita baik baik saja. Tapi hari ini Merapi itu memuntahkan material panas dari mulutnya yang sekian lama bertapa.
Kuminum sedikit demi seruput kopi yang sudah dingin. Sementara kau mengadiliku tanpa jeda.
"Apa pentingnya hal ini buatmu?" akhirnya kalimat yang kau tunggu kukeluarkan juga.
"Hhh!" kau tampak semakin jengkel mendengarnya.
Sedari tadi kakiku tidak berhenti bergerak gerak di tempatnya. Kulihat kau tertunduk lesu.
"Ibu memintaku untuk melupakanmu" kau menghela nafas panjang. "Ibu ingin aku menikah tahun ini. Takut tidak bisa menimang anakku, katanya" kau coba menangkap mataku.
"Beri aku waktu!" jawaban ini tidak pernah kupersiapkan sebelumnya; muncul begitu saja.
Ini bukan pertama kalinya kau berbicara tentang ibumu yang ingin anak bungsunya segera menikah. Sejak beliau dirawat di rumah sakit karena komplikasi setahun belakangan ini. Hampir setiap seminggu dua kali kau menanyakan hal yang sama. Selama itu juga aku terus berkelit.
Sekarang tulang punggungku sudah mulai pegal. Aku menyandar, memandangi atap rumah yang penuh sarang laba laba.
Kau menunduk di tempat dudukmu yang semakin menjauh dariku. Matamu beradu kesedihan dengan ubin rumah yang sudah pecah pecah karena termakan usia.
"Apa kamu tidak mau menikah denganku Ree?" kau mencoba menyusup mataku lagi.
Kau benar benar menyebalkan hari ini! Sebenarnya apa yang ada di pikiranmu Sam?
"Tolong jawab Ree! Jangan permainkan aku lagi!" pertanyaan rutinmu kau ucapkan lagi.
Kutarik nafas terpanjang dan menghembuskannya berkali kali. Menatap wajahmu, menangkap semburatnya dan mendapati kebingungan yang tak biasa.
"Aku ingin putus!"
Aku melihat jelas gemuruh dahsyat di dadamu. Tapi kau tidak mempercai ucapanku.
"Besok aku pergi menyusul orang tuaku ke Timor Leste dan menetap di sana" jawaban inilah yang selama setahun ini kupersiapkan. "Tugasku menjaga nenek di sini sudah usai. Aku rindu kampung halamanku"
Kau bangkit dari tempatmu. Tak sedikitpun melihatku.
Braaakkk!!! Kau banting pintu rumah nenek hingga menutup rapat seperti terkunci. Kopimu masih utuh tak pernah kau sentuh.
TAMAT
 

2 komentar: